Letak ide pokok paragraf sebuah bacaan, termasuk artikel, biasanya bervariasi dengan kemungkinan sebagai berikut.
1. Awal paragraf (disebut paragraf deduktif)
Contoh:
Faktanya, obat palsu sangat sulit dibedakan dari yang asli. Jangankan masyarakat awam, dokter, atau merekayang ahli dalam bidang obat-obatan pun sulit membedakan mana obat palsu dan mana yang asli. Tidak hanya kemasannya yang tampak sama. Warna obatnya juga sangat mirip obat asli. Bahkan, bau dan rasanya nyaris sama.
2. Akhir paragraf (disebut paragraf induktif)
Contoh:
Jangankan masyarakat awam, dokter, atau mereka yang ahli dalam bidang obat-obatan pun sulit membedakan antara obat palsu dan asli. Tidak hanya kemasannya yang tampak sama. Warna obatnya juga sangat mirip obat asli. Bahkan, bau dan rasanya nyaris sama. Faktanya, obat palsu memang sangat sulit dibedakan dari yang asli.
3. Awal dan di akhir paragraf (disebut paragraf deduksiinduksi/ campuran/ kombinasi)
Contoh:
Obat-obatan palsu yang beredar di masyarakat tidak mudah dibedakan dari obat asli.Jangankan masyarakat awam, dokter, atau mereka yang ahli dalam bidang obat-obatan punsulit membedakan mana obat palsu dan mana yang asli. Tidak hanya kemasannya yang tampak sama. Warna obatnya juga sangat mirip obat asli. Bahkan, bau dan rasanya nyaris sama. Faktanya, obat palsu memang sangat sulit dibedakan dari yang asli.
4. Di tengah paragraf (disebut paragraf ineratif)
Contoh:
Jangankan masyarakat awam, dokter atau mereka yang ahli dalam bidang obat-obatan pun sulit membedakan mana obat palsu dan mana yang asli. Faktanya, obat palsusangat sulit dibedakan dari yang asli. Tidak hanya kemasannya yang tampak sama. Warna obatnya juga sangat mirip obat asli. Bahkan, bau dan rasanya nyaris sama.
5. Tanpa kalimat utama
Semua kalimat secara bersama mendukung satu gagasan (disebut paragraf naratif jika sifatnya menceritakan kejadian atau deskriptif jika sifatnya menggambarkan/melukiskan objek); ide pokok di seluruh paragraf.
Contoh:
Di pasaran banyak beredar obat berupa tablet. Tidak sedikit pula yang berbentuk kaplet. Dalam wujud cair pun tidak sulit ditemukan. Bahkan, obat isap sudah mulai digemari.
Semula masyarakat tidak ambil pusing terhadap kabar merebaknya obat palsu. Bagi mereka sulit membayangkan bagaimana obat bisa dipalsukan. Belakangan media massa semakin sering memberitakan. Bahkan, ada pengedarnya yang tertangkap dan mengakui perbuatannya. Tak pelak, masyarakat pun dibuat resah. YLKI, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia pun, memelopori unjuk rasa mengecam peredaran obat palsu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar