Jumat, 08 November 2013

Majas Metafora, Personofikasi, Hiperbola, dan Ironi

       Gaya bahasa atau majas adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). Jenis gaya bahasa atau majas yang sering digunakan dalam puisi adalah:
1. Metafora
    Metafora adalah kiasan kiasan langsung, artinya benda yang dikiaskan itu tidak disebutkan.
Dalam "Surat Cinta", Renda mengiaskan diri kekasihnya bagai putri duyung.
contoh:
engkaulah putri duyung
tawananku 
putri dyung dengan suara merdu
lembut bagi angin laut
mendesahlah bagiku.
("Surat Cinta", 1959)

2. Personifikasi
    Personifikasi adalah peristiwa alam yang dikiaskan sebagai keadaan atau peristiwa yang dialamai manusia.
Dalam "Padamu Jua" Amir Hamjah.
contoh:
" pelita jendela di malam gelap/ melambai pulang perlahan"; "engkau cemburu/ engkau ganas/ mangsa aku dengan cakarmu/ bertukar tangkap dengan lepas.
Dalam hal ini Tuhan dipersonifikasikan sebagai manusia.

3. Hiperbola
    Hiperbola adalah kiasan yang berlebih-lebihan.
Untuk melebih-lebihkan sifat jelek yang dikritik, Rendra membuat hiperbola sebagai berikut:
politisi dan pegawai tinggi adalah caluk yang rapih kongres-kongres dan konferensi tak pernah berjalan tanpa kalian.
("Bersatulah Pelacur-Pelacur Jakarta")

4. Ironi 
    Dalam puisi pamflet, demonstrasi, dan kritik sosial, banyak digunakan ironi, yakni kata-kata yang bersifat berlawanan untuk memberikan sindiran. Ironi dapat berubah menjadi sinisme dan sarkasme, yakni penggunaan kata-kata yang kerasdan kasar untuk menyindir atau mengeritik.
Nada sinisme dapat dinikmati dalam sajak Rendra berjudul "Sajak Sebotol Bir" ini.
kota metropilotan disini tidak tumbuh dari industri/ tapi tumbuh dari negara industri asing/ akan pasaran dan sumber pengadaan bahan alam/ kota metropulitan disini/ adalah sarana penumpukan bagi Eropa, Jepang, Cina, Amerika, Australia, dan negara industri lainya.
("Sajak Sebotol Bir:", 1977)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar