Selasa, 05 November 2013

Pidato (Metode Dalam Pidato, Lafal, Nada, Sikap, dan Intonasi Dalam Pidato)

       Pidato adalah pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan kepada orang banyak. Dapat pula diartikan pidato adalah wacana yang disiapkan untuk dibacakan di depan orang banyak. Pengertian kedua mengacu pada bentuk bahasa tulis/naskah.

Dalam berpidato seseorang dapat menggunakan metode:
1. menghafal (berpidato setelah hafal naskah);
2. naskah (membaca teks yang telah disiapkan sebelumnya);
3. ekstemporan (berdasarkan garis besar gagasan yang telah disiapkan);
4. impromptu (bersifat spontan, tanpa persiapan).

       Jika forum pidato bersifat resmi dan penting, misalnya pidato pejabat, biasanya metode naskah (membaca nyaring/keras-bersuara) yang dipilih. Contohnya adalah pidato kenegaraan dari seorang presiden.

       Agar isi pidato mudah dipahami dan menarik perhatian pendengar, pembaca perlu memerhatikan lafal, nada, intonasi dan sikap.
Lafal
       Lafal adalah cara seseorang atau sekelompok orang mengucapkan bunyi bahasa. Minimal lafal seseorang sesuai lafal masyarakat dari mana ia berasal. Karena lafal orang Bali berbeda dengan lafal orang Jawa dalam bunyi bahasa tertentu. Demikian juga untuk masyarakat atau suku yang lain.

Nada
       Nada adalah tinggi rendah bunyi bahasa/ucapan atau ungkapan keadaan jiwa. Nada pidato di dalam acara resepsi pernikahan berbeda dengan nada pidato dalam upacara bendera, rapat, pidato kenegaraan, ataupun dalam suasana duka.

Sikap
       Sikap di antaranya berupa cara berdiri, cara memegang naskah, cara menatap, dan cara berpakaian yang santun, hormat, dan wajar akan lebih menarik perhatian dan menimbulkan simpati daripada yang sebaliknya.

Intonasi
       Intonasi adalah lagu kalimat. Di dalam intonasi tercakup nada, tempo (cepat lambatnya pembacaan, tekanan (pada bagian yang dianggap penting), jeda (penghentian sesaat), dan volume (keras tidaknya ucapan). Intonasi yang baik akan menghindarkan pembacaan teks pidato dari kemonotonan sehingga tidak menjenuhkan.


Contoh teks pidato:

Assalammulaikum wr. wb.
Salam sejahtera.
Saudara-saudara, para hadirin yang berbahagia, puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada makhluk makhluk-Nya. Dalam kesempatan ini saya akan menyampaikan pidato tentang lingkungan hidup.

Saudara-saudara.
Dengan melihat dan merasakan keadaaan lingkungan sehari-hari, baik langsung maupun melalui media massa, kita layak meyakini bahwa pemerintah negara ini, negara kita, masih belum menunjukkan kinerja optimal dalam mengelola lingkungan hidup, terutama di kota-kota besar. Tingginya polusi udara, krisis air bersih, bencana banjir, penumpukan sampah, pencemaran lingkungan, serta lemahnya penegakan hukum, masih menjadi catatan serius yang harus dibenahi segera. Pemerintah berkewajiban, baik secara politis, ekonomis, maupun sosial memerhatikan hak rakyat soal lingkungan hidup yang sehat, demi terwujudnya pembangunan yang adil dan manusiawi bagi seluruh rakyat, tanpa membedakan struktur kelas. Masalah mengelola lingkungan, saat ini kesadaran masyarakat dan pejabat belum tumbuh sempurna. Belum ada keharmonisan antara program pemerintah dan sikap masyarakat. Sikap dan tindakan mereka, pemerintah dan masyarakat, dalam upaya bersama-sama mengelola lingkungan di daerah sekitarnya sangat minim. Pemikiran sejumlah masyarakat masih terbatas kepentingan mengisi perut sehingga persoalan lingkungan hidup belum disikapi secara penuh. Sangat mudah kita lihat bagaimana warga masyarakat membuang sampah di sembarang tempat, menutup tanah dengan semen rapat-rapat, dan menebang pepohonan, sekecil apa pun pepohonan itu, dengan seenaknya.

Saudara-saudara.
Selain rendahnya kesadaran mengelola lingkungan, juga terjadi stagnasi pengelolaan limbah, baik limbah rumah tangga maupun industri. Limbah masih saja dibuang ke sungaisungai, tanpa ada upaya pengolahan yang optimal. Sampai saat ini, pemerintah masih lebih banyak menghabiskan tenaganya untuk membuat perencanaan pengelolaan lingkungan, tetapi lemah dan tergopoh-gopoh dalam dalam hal implementasi. Parahnya, kelemahan dalam hal political will itu dibarengi rendahnya pengucuran anggaran. Keadaan itu menjadi ironis jika dihubungkan dengan adanya kementerian lingkungan hidup. Timbul pertanyaan, apa yang dikerjakan dan dikemanakan dana di departeman itu? Karena itu, sebaiknya kementerian atau instansi ini perlu mendapatkan kewenangan penuh menangani isu lingkungan hidup baik skala nasional maupun regional. Di sinilah dibutuhkan keberpihakan politik agar setidaknya, anggaran yang tersedia diarahkan ke upaya perbaikan lingkungan hidup.

Saudara-saudara,
Fakta yang tidak terbantahkan adalah delapan puluh persen faktor yang membuat kita sehat terletak pada perilaku dan kualitas lingkungan hidup, bukan berobat ke dokter dan mengonsumsi obat-obatan.

Sekian pidato saya,
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
(Diadaptasi dari Republika, 4 Januari 2007)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar